Alvis Saladin (FV601) - Panser Tua Andalan Korps Kavaleri

Alvis Saladin (FV601)

Spesifikasi
Awak : 3
Berat : 11,6 ton
P x L x T : 4,93 meter x 2,54 meter x 3 meter
Tebal baja : hingga 32 mm
Mesin : Rolls-Royce B80 Mk.6A, 8 cyl bensin
170 hp (127 kW)
Suspensi : roda 6 x 6
Kecepatan : 72 km / jam
Senjata utama : 1 x Meriam L5A1 kaliber 76mm
Senjata pendukung : 1 x Senapan mesin kaliber 7,62mm


Deskripsi

Saladin (FV601) adalah kendaraan lapis baja beroda enam dibangun oleh pabrik Alvis yg berada di Inggris, dilengkapi dengan kubah putar dan mengusung meriam kaliber 76mm. Digunakan secara luas oleh Angkatan Darat Inggris, Saladin menggantikan kendaraan lapis baja AEC yang telah beroperasi sejak Perang Dunia II.

Saladin diproduksi antara tanhun 1958 sampai dengan 1972dan banyak digunakan dalam berbagai perang antara lain perang enam hari, perang vietnam, perang biafra dan mengatasi berbagai macam pemberontakan. Nama Saladin berasal dari nama seorang prajurit muslim yang sangat terkenal akan keberaniannya.


Saladin di Tangan TNI

Selain punya panser lawas model Ferret dan Saracen, Korps Kavaleri TNI-AD masih punya panser lain yang juga sama-sama berusia lanjut dan berasal dari satu pabrik, yakni panser berpenggerak roda 6×6 FV601 ”Saladin”. Trio panser, Ferret, Saracen, dan Saladin ketiganya merupakan asal pabrikan Alvis dari Inggris. Trio panser ini sama-sama didatangkan pada awal tahun 60-an. Bila Saracen populer sebagai APC (armoured personal carrier) yang legendaris sebagai kendaraan pengusung peti jenazah Pahlawan Revolusi. Maka Saladin juga punya sisi fenomal yang tak kalah serunya.
FV 601 Saladin

Dari segi histori misalnya, bersama Ferret dan Saracen, panser Saladin turut aktif mengamankan Ibu Kota saat terjadi pemberontakan G30S. Trio panser ini memang punya komposisi unit yang ideal. Ferret sebagai kendaraan intai, Saracen sebagai angkut pasukan, dan Saladin berperan sebagai unit panser pemukul. Hal ini tak lain terlihat dari adopsi kanon L5A1 kaliber 76 mm.

Meski sudah berusia lanjut, Saladin masih aktif dioperasikan hingga saat ini, kiprahnya bisa dilihat dalam tiap beberapa latihan tempur. Dalam beberapa operasi pemulihan keamanan, Saladin juga kerap masih muncul, seperti di NAD dan meredam rusuh di Jakarta pada tahun 1998 lalu. Pada awal kedatangannya, Saladin dan kedua saudaranya ditempatkan dalam satuan Yon Kav 7/SerSus Kodam Jaya Jakarta. Namun seiring reorganisasi, panser lawas ini digeser ke satuan-satuan lain di luar Jakarta. Saat ini Saladin diketahui memperkuat unit kavaleri Kostrad dan beberapa Kodam, seperti di Yon Kav/2 Diponegoro dan Yon Kav/10 Hasanudin.


Dari Bensin ke Diesel

Saladin versi lawas mengadopsi mesin bensin Rolls Royce B80 MK 6A dengan 8 silinder. Dengan mesin tersebut, Saladin mempunyai kecepatan maksimum 72 Km per jam dengan jarak jelajah maksimum 402 Km. Konsumsi bahan bakar dengan kecepatan rata-rata 40 Km per jam adalah 1,7 liter. Amunisi yang dibawa mencakup 42 amunisi kanon kaliber 76 mm dan 2750 amunusi kaliber 7,62 mm. Untuk kendali turret dapat dilakukan secara otomatis atau manual oleh komandan dan gunner. Untuk membidik sasaran, kanon tidak dilengkapi stabiliser.

Sedangkan Saladin versi retrofit yang pengerjaannya dilakukan Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD, mencakup pada penggantian dari mesin bensin ke mesin diesel, yakni dengan menggunakan tipe Perkins Phaser Diesel 160T dengan 6 silinder 4 langkah turbocharged. Daya yang dimiliki adalah 160 tenaga kuda / 2600 RPM dan torsi 59,23 KGM / 1600 RPM memberikan tenaga yang lebih besar dan pemakaia bahan bakar lebih hemat. Transimis semi otomatis ”Daimler Pre Selective” dengan 5 kecepatan tetap dipertahankan perubahan rasio pada transfer box dari 2,43 menjadi 2,049 mendapatkan variasi kecepatan dan tenaga yang baik.

Performa yang dihasilkan dari Saladin versi retrofit adalah jarak jelajah yang meningkat menjadi 600 Km. Berat tempur meningkat dari 10.900 Kg menjadi 11.600 Kg, namum kecepatan maksimum menurun menjasi 70 Km per jam. Kapasitas tanki bahan bakar menurun dari 240 liter menjadi 200 liter. Konsumsi bahan bakar dengan kecepatan rata-rata 40 Km per jam yakni 3 liter.

Untuk urusan persenjataan tidak ada yang berubah banyak, hanya pada turret terdapat modifikasi persikop khas tank Scorpion. Untuk melaju di medan off road, Saladin kini juga dibekali winch.

Dengan usia alutsista yang tua, tentu performa Saladin sudah mengalami banyak keterbatasan. Meski sudah di upgrade, Saladin sudah jarang ditempatkan sebagai garda alutsista terdepan. Panser jenis ini lebih banyak mengisi hari-hari tuanya sebagai elemen kekuatan di level teritorial terbatas. Singkat kata, seperti ungkapan ”dipakai jarang dibuang sayang”.
---end---

0 Response to "Alvis Saladin (FV601) - Panser Tua Andalan Korps Kavaleri"

Post a Comment